Minggu, 23 September 2018

Total Qaulity Management (TQM)

Salam damai sejahtera,
Sebelum Saudara mengisi Questioner TQM ini (silahkan klik link ini untuk mengisi qustioner) sebaiknya dibaca dulu penjelasan singkat mengenai Total Qaulity Management yang ada di bawah ini




PROGRAM KEGIATAN PENINGKATAN MUTU
UNTUK LPK - LEMBAGA PENDIDIKAN KATOLIK

Kalau sebuah Lembaga Pendidikan Katolik atau sebuah sekolah Katolik, dilihat sebagai sebuah ORGANISASI;
Bagaimana Caranya Memperbaiki sebuah Organisasi yang Kurang Baik dan Membuat Organisasi yang sudah Baik menjadi Lebih Baik?
Bahan Diskusi: Apa definisi dari Organisasi? Apakah Lembaga Pendidikan Katolik sebuah Organisasi? Bagaimana hubungan antara LPK dan Gereja Katolik. Ingat bahwa Gereja Katolik, juga sebuah Organisasi.

Melalui konsep tata kelola atau manajemen yang disebut TQM atau Total Quality Management sebuah organisasi yang kurang baik dapat menjadi lebih baik dan yang sudah baik akan menjadi lebih baik. TQM dikembangkan berdasarkan konsep pemikiran seorang yang bernama William Edward Deming.
Pada awal mulanya, pemikiran William Edward Deming, diterapkan khusus untuk organisasi yang bergerak dibidang industri atau manufaktur di Jepang.
Tetapi setelah kami kenali lebih lanjut secara mendalam, konsep TQM ini, ternyata sangat bermanfaat bagi organisasi yang bergerak dibidang dan kegiatan apa saja, termasuk Organisasi Lembaga Pendidikan dan kalau sebuah Keluarga dianggap sebagai sebuah Organisasi, maka TQM dapat pula diterapkan dalam sebuah Keluarga. .

Agar mudah dimengerti, uraian tentang konsep TQM Ini, disadur dan diuraikan, dengan istilah dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Berbagai istilah yang diciptakan oleh para penciptanya, tetap menjadi hak milik dari pencipta masing2. Sementara uraian yang disusun dan disampaikan disini mungkin menggunakan berbagai istilah yang berbeda.

1.       Dasar Filosofi dari William Edward Deming: Theory of the Profound Knowledge.
Filosofi Deming diawali dengan THEORY OF THE PROFOUND KNOWLEDGE yang bersama dengan 14 POINTS OF DEMING, adalah dasar dari seluruh tata kelola manajemen sesuai dengan konsep TQM (Total Quality Management).
Mari kita perhatikan uraian tentang 4 (empat) lensa dasar dari Deming untuk mencapai pengertian yang sangat mendasar (profound knowledge), untuk mendapatkan kepastian dari konsep yang perlu kita yakini dan jalankan.

1.1.             Teori tentang Knowledge, “Epistemology of Knowledge”.
Epistemology berdefinisi sebagai berikut: the study or a theory of the nature and grounds of knowledge especially with reference to its limits and validity. Kalau Epistemology of Knowledge diuraikan lagi, ini mengenai bagaimana sebuah pengetahuan atau pengertian, akan sesuatu hal, dapat dikuasai.
Pengertian yang harus benar2 dimengerti, harus pasti, dipercaya dan diyakini. Disebut dipercaya, karena mungkin hal tersebut belum pernah dialami sendiri, tetapi didukung oleh berbagai data dan informasi. 
Semua hal terkait dalam pembahasan bagi sebuah organisasi, harus didasarkan atas pengetahuan (knowledge) yang profound. Adakalanya diperkirakan atau di asumsikan, tapi saat dilaksanakan, hasilnya harus dicatat dan kemudian dipakai untuk memastikan dan menjadi hal yang pasti karena sudah dialami.
Diskusi dan pembicaraan-2, yang tidak didasarkan atas pengetahuan yang benar2 pasti dan jelas, tidak dapat disimpulkan dengan baik. Apalagi kalau pembicaraan menjadi berkepanjangan dan terjadi perdebatan, ini akan membuang waktu, disebabkan karena semua pihak yang membahas, ternyata belum menguasai permasalahannya.
Bahan renungkan:
Kalau seseorang bertanya tentang pintu depan rumah kita masing-2. Setiap hari kita melewati pintu tersebut. Pertanyaannya, berapa centi-meter lebar pintu tersebut? Bagi yang mempunyai Profound Knowledge akan pintu rumahnya, tahu persis lebar pintu rumahnya, sehingga membahas apakah sebuah lemari dapat dengan mudah melewati pintu tersebut atau tidak, dapat dipastikan tanpa perdebatan. Tapi banyak diantara kita, seringkali hanya sekedar tahu saja dan tidak ber profound knowledge.
  
1.2.             Apresiasi terhadap sebuah “System
Semua hal didunia ini, merupakan sebuah System. Pasti ada awalnya, kemudian ber-proses dan menghasilkan sesuatu. Untuk mencapai hasil akhir yang kita inginkan atau “final goals”, sebuah proses dapat terjadi dalam beberapa tahapan. Proses akan berulang, dari hasil final, kembali ke awal kembali, membentuk sebuah daur ulang. Proses dari ujung hasil, menuju ke awal kembali, kita sebut dengan umpan balik atau feed back, yang sangat penting dalam semua proses daur ulang kehidupan.
Dengan adanya feed back atau umpan balik inilah, sebuah System dapat diperbaiki, menjadi semakin baik.
Dalam TQM proses yang berkesinambungan  ini digambarkan dalam “the hearing bone diagram” atau diagram sirip ikan. Proses kerja dalam Organisasi dan pekerjaan apa saja, dalam kehidupan ini, pasti dapat diuraikan dengan “herring bone diagram” ini.  
Karena itu dalam mencapai kwalitas, melalui penerapan TQM, dikenal istilah PDCA Cycle, yaitu PLAN à DO à CHECK à Action dan kembali lagi …
Proses kerja kita harus selalu kita rencanakan, kita laksanakan, kemudian kita check untuk diperbaiki dan lakukan perbaikan.  Kemudian rencanakan lagi dan demikian seterusnya… 
Selain daripada itu, Organisasi harus menerapkan kaidah “Continuous Improvement” atau KAIZEN.

>>>>> Gambar Herring bone dan PDCA <<<<<

1.3.             “Theory Of Variation”
Sebuah System yang sudah stabil, atau mempunyai proses yang sudah selalu sama, diharapkan pasti memberikan hasil yang selalu sama. Tapi dari kehidupan dan dari pelaksanaan diberbagai bidang usaha, hasilnya tidak selalu sama tapi selalu ada VARIASI.  
Ini disebabkan karena terjadinya berbagai hal yang dapat mempengaruhi system dan bahwa kondisi tidak bisa 100% sama, yang pasti tanggal dan jam, cuaca dan banyak hal terus berubah, setiap saat.
Disini kita tegaskan, bahwa pencatatan hasil dari suatu kegiatan proses harus selalu dilakukan dan dianalisa. Untuk memudahkan melakukan analisa, hasil catatan harus digambarkan dalam table dan diagram atau chart.
Misalnya mai di catat dan digambarkan diagram “bangun pagi”.
Pertama, kita membentuk sebuah system, agar dapat bangun pagi pada jam 05:00 setiap pagi. Setiap hari, jam saat bangun pagi dicatat dalam sebuah table. Ternyata bangun pagi tidak selalu sama atau tepat pada jam 05:00 setiap hari. Bangun pagi bervariasi, lebih awal, jam 04:45 sudah bangun, atau lewat, sehingga jam 05:25 baru bisa bangun. Tentu ada juga hari dimana kita bangun tepat pada jam 05:00 pagi.
Kalau tabel, digambarkan dalam sebuah chart akan nampak sebagai berikut ini.






>>>>>>>> gambar control chart <<<<<

Dari diagram ini dapat ditetapkan garis dimana kita anggap sebagai target yang ingin kita capai, yaitu jam 05:00 pagi. Juga ditetapkan sebagai batas atas yaitu jam 05:30 dan batas bawah yaitu 04:30. Selama jam bangun masih dalam kedua batas tersebut, ini dianggap kwalitas jadwal bangun kita masih terkontrol. Selama masih terkontrol, berarti MEMENUHI KWALITAS. Atau dapat juga dikatakan kwalitas atau Mutunya Terkendali.

Bagaimana cara menaikan kwalitas? Caranya dengan menekan Batas Atas, agar serendah mungkin dan mengecilkan Batas Bawah sekecil mungkin.
Semakin kecil variasi, berarti semakin besar atau semakin bagus KWALITAS nya.
Dalam berbagai proses, apakah manufaktur atau kelulusan murid, dan lain-lain hal, dapat di catat dan buatkan diagramnya, sehingga dapat diketahui batas variasi yang masih dapat di terima. Dengan memperbaiki prosesnya, variasi akan semakin kecil atau mutu (kwalitas) akan bertambah baik.
Variasi yang tak terkendali:
Tapi ada kalanya pencatatan menunjukan bahwa jam bangun kita diluar batas atas maupun batas bawah …
Bilamana terjadi variasi besar sehingga hasilnya jauh diluar batas atas atau bawah, maka manajemen harus meneliti sebab terjadinya variasi yang diluar batas atau tak terkendali tersebut. Dalam TQM, manajemen perlu belajar untuk mengenali PENYEBAB dari kondisi tak terkendali ini. Ada pelatihan khusus untuk “problem solving dan decision making yang dikembangkan oleh Kepner-Tregoe. Banyak Lembaga yang memberikan pelatihan ini.

Penyebab dari Variasi tak terkendali tadi, dapat dibedakan menjadi dua kelompok:
1.       Penyebab yang NORMAL - Normal cause
Normal cause ini adalah sebab yang ditimbulkan dari system tersebut sendiri.  Penyebab yang Normal Cause ini kalau terjadi, harus segera diambil tindakan untuk memperbaikinya. Kalau tidak maka kondisi atau variasi dari hasil system tersebut akan semakin jauh dari yang direncanakan. Kwalitas semakin buruk. Mutu semakin tak terkendali.
 
2.       Penyebab yang KHUSUS – Special cause
Ini disebabkan hal-hal yang diluar system dan tidak perlu dilakukan perubahan yang substantial terhadap system. Penyebab ini adakalanya dapat didiamkan dan hilang dengan sendirinya. Penyebab seperti ini tidak usah di lakukan perubahan yang fundamental pada system.
Tapi harus diantisipasi dan tetap dlakukan tindakan-tindakan yang diperlukan. Apalagi kalau sudah dapat diperkirakan penyebabnya akan menjadi penyebab variasi tak terkendali dapat terjadi lagi.

Untuk lebih memperkuat teori profound knowledge dan Teori of Variation, seorang rekan Deming yang bernama Walter A. Shewhart yang membuatkan 7 jenis diagram (juga dikenal dengan the 7 tools of TQM), untuk dipakai mencatat dan menggambarkan keadaan yang sesungguhnya dari hasil kerja sebuah organisasi atau untuk menyatakan kondisi saat itu dari organisasi tersebut. Disini TQM menyatakan “speak with data”. Disini dipentingkan dibuatnya laporan2 dan dibahasnya laporan2 tersebut. Tanpa data yang pasti dan menggambarkan kondisi sesungguhnya jangan sekali kali, melakukan analisa dan pembahasan. Dalam melaksanakan tugas apa saja, lakukan pencatatan hasil kerja dan buatkan diagram agar nampak analisa dari tata cara pelaksanaannya. Dalam TQM dikenal “Key Performance Indicators” (KPI) atau nilai-niali / indicator apa saja yang menunjukan keberhasilan kerja.
Selain itu, catat dan perhatikan hal-hal yang menyebabkan kegagalan serta hal-hal yang menyebabkan keberhasilan. Atau pencatatan “key success factor” dan “reason for failure”. Dengan mempertajam key success factors, perkerjaan akan semakin berhasil. Tentunya terus menerus menghindari semua reason for failures.

1.4.             Theory of PSYCHOLOGY
Dalam semua kegiatan yang terkait dengan sebuah organisasi, perlu diperhatikan hal dan proses kerja yang terkait atau dipengaruhi oleh hal-hal berdasarkan ilmu Psychology.
Ini disebabkan karena, unsur utama sebuah organisasi adalah manusia yang mempunyai kejiwaan dan sikap serta cara berpikir serta bekerja berbeda satu dan yang lain.
Proses kerja dan problem solving, tidak mengandalkan pada teknologi saja. Tapi seringkali, hanya dapat diuraikan setelah memperhatikan dari sudut ilmu Psychology.
Banyak phenomena dan pengaturan yang secara teliti sudah di atur dan ditata kelola dengan baik, tapi menunjukan hasil yang kurang berhasil. Masalah seperti ini, dapat diuraikan berdasarkan ilmu Psychology.
Dalam uraian 14 Points of Deming, akan diuraikan beberapa pokok pemikiran yang terkait dengan Psychology ini. Dalam TQM perlu dikenali hal-hal seperti “body language”. Cara bersikap seseorang, menunjukan apa yang sedang dipikirkannya. Trauma dan pengalaman buruk dalam kehidupan seseorang mempengaruhi konsep berpikir, budaya dan values maupun character orang. Ada hal-hal yang dapat di pelajari, untuk menumbuh kembangkan karir, misalnya cara berkomunikasi, leadership dan karakter. 

1.5.             Tambahan untuk melengkapi menjadi (4+1):  By ME, for YOU, In His Name.
Deming tidak menyebutkan hal yang terkait Tuhan, tapi saya ingin menambahkan satu pemikiran yang terkait dengan hal yang bersifat ILAHI, karena keberhasilan kerja kita sangat terkait dengan Perkenan dari Allah Yang Maha Esa.
Anda dapat menambahkan disini, konsep anda sendiri. Demikian agar melengkapi 4 lensa dari Deming.
Yang saya pakai adalah: Oleh saya, untuk anda dalam nama Tuhan.
Ternyata semua yang dilakukan oleh saya dan anda, oleh semua orang, dalam sebuah organisasi, pada hakekatnya adalah untuk orang lain. Hampir tidak ada yang untuk kepentingan diri sendiri saja. Bahwa dikemudian hari akan membawa kebaikan bagi diri kita sendiri, itu adalah akibat dan bukan tujuan.
Dan kalau semua yang kita lakukan ini demi Tuhan Yang Maha Rahim, maka jelas yang dilaksanakan adalah baik dan jauh dari hal yang jahat atau kecurangan. Jangan lakukan hal-hal yang tidak akan mendapat Berkat dari Tuhan.   
. 
2.       The 14 Points of Deming.
14 Points yang akan diuraikan disini menjadi bagian yang harus diikuti sebagai pedoman dalam menerapkan TQM. Ini diuraikan oleh William Edward Deming, yang saya sadu untuk diterapkan dalam tata kelola dalam sebuah organisasi. Apa pun bentuk dan tujuan organisasi, ke 14 points ini tepat adanya.

2.1.             Create constancy of purpose for improving products and services. atau harus mempunyai tujuan yang jelas dan pasti untuk senantiasa memperbaiki produk dan pelayanan.
Dalam setiap pekerjaan yang kita lakukan dalam sebuah organisasi, kita harus memastikan tujuan yang pasti dan jelas dan terus menerus melakukan perbaikan. Teori ini dalam bahas Jepang disebut KAIZEN atau Perbaikan terus menerus.
Untuk itu, sebelum memulai mengerjakan sesuatu, pastikan beberapa hal yaitu:
2.1.1.        What business are we In? Sebenarnya apa sih yang kita kerjakan itu?
Ini tidak mudah untuk dijawab. Harus dipikirkan dengan benar-benar dan pasti, sehingga semua pihak terkait dalam organisasi, dapat ikut melakukannya dengan tepat dan benar dilakukannya. Organisasi yang nampaknya sama, mungkin saja punya uraian yang berbeda. “Business” disini bukan berarti komersial, tapi secara luas digunakan pula untuk menguraikan kegiatan serta tujuan, dalam organisasi sosial kemasyarakatan.
2.1.2.        Who is our Customer? Ini juga tidak mudah menetapkannya. Meski sama sama organisasi Sekolah Katolik, belum tentu customer yang akan dilayaninya sama. Bisa juga organisasi menetapkan beberapa customer dan masing-masing harus di penuhi kebutuhannya.
2.1.3.        Apa Visi Organisasi tersebut. Kalau sudah mengerti dengan benar (profound knowledge) dari dua hal diatas, Visi dapat ditetapkan. Atau Visi adakalanya datang dahulu dan baru menjawab pertanyaan diatas.
2.1.4.        Apa Misi organisasi, agar Visi nya dapat tercapai.
Misi harus diuraikan dengan singkat dan jelas. Boleh menetapkan beberapa Misi utama dari organisasi. Ini inti dari hal-hal yang harus dilaksanakan.
2.1.5.        Apa pokok-pokok Karakter yang menjadi Budaya dari organisasi?
Tentukan kata kunci atau nilai2 karakter, yang menjadi dasar yang akan membentuk “culture” atau Budaya dari Organisasi. Ini bukan sekedar semboyan-2 tetapi benar2 harus difahami dan dilaksanakan. 
Diharap dengan menetapkan hal-hal diatas, semua Policy, Strategy, Tactic dan Action dilakukan, dengan jelas dan pasti tidak goyah. Meski demikian bila kondisi dan situasi tejadi perbuahan2, silahkan melakukan analisa, memikirkan kembali hal-hal tersebut diatas, untuk diperbaiki.
Diperlukan pelatihan dan pembahasan secara khusus dan lebih mendetail, untuk setiap butir2 tersebut diatas. Libatkan semua decision makers dan perhatikan semua usulan-usulan dari seluruh staff yang ikut dalam system kerja organisasi anda. Jangan mengabaikan pendapat mereka. Perluas Cakrawala dalam mementukan hal-hal diatas. Dalam persekolahan, pikirkan oang tua murid, juga sang murid. Perhatikan harapan dan kebutuhan masyarakat. Libatkan para alumni, maupun mereka yang terkait dengan masa pasca sekolah.  

2.2.             Adopt the new Paradigm atau terima dan laksanakan paradigm baru dari Deming Philosophy ini. 
Adaptasi atau ikuti perubahan, dengan menerima dan laksanakan Philosophy Deming yang baru ini. Biasanya organisasi sulit berubah, terutama bila dirasakan semuanya berjalan dengan baik.  Tapi tanpa ada perubahan, sebuah organisasi tidak mengikuti kemajuan jaman. Perubahan2 ada yang bersifat drastic, tapi seperti diuraikan diatas, TQM menganjurkan untuk melakukan Pà Dà Cà A  serta Kaizen (continuous improvement) oleh segenap anggota dalam organisasi. Kaizen merupakan perbaikan2 yang tidak drastis. Meski dalam organisasi, ada kalanya perlu juga perubahan yang drastis. 
Untuk berubah dan bersedia menerima Paradigma yang baru, harus diawali oleh pimpinan Puncak dalam organisasi, terus menerus hingga yang paling bawah. Deming juga menganjurkan agar sebuah Organisasi berstruktur FLAT ORGANIZATION, bukan yang berjenjang, apalagi terlalu banyak jenjangnya. Dengan gambar Flat Organization, maka uraian tugas-tugas yang diberikan kepada setiap orang menjadi sangat penting. Ada tugas sebagai Pelaksana dan tugas sebagai supervisor atau manager, yang dapat digambarkan sebagai berikut:


>>>>>>>>>>> gambar jenjang organisasi berjenjang <<<<<<<<<<

Caption “ Berjenjang mempersulit komunikasi, sedang Flat memungkinkan adanya komunikasi yang lebih cepat dan langsung sifatnya. Tentu harus dibuatkan System operasional kerja yang jelas (disebut dengan manual mutu) sehingga tidak terjadi kekacauan dalam prosedure kerjanya.
 





>>>>>>>>> gambar kotak dengan diagonal  tugas Pelaksana dan managerial <<<<<


Dioberi penjelasan … posisi manager dengan managerial lebih banyak dan posisi Pelaksana dengan tugas lebih untuk melaksanakan.
Semakin senior, semakin tinggi bagian supervise dan managementnya, yang kemudian disebut dengan managerial. Kaenanya perlu Managerial Skill, atau ketrampilan-2 untuk bertindak sebagai manager.
  
2.3.             Do not do Mass Quality Control or Mass Inspection, yang maksudnya agar Jangan melakukan inspeksi secara massal. Kontrol untuk mencapai kwalitas yang baik, harus dilakukan secara tahap demi tahap. Bila ditemukan kesalahan setelah dilakukan banyak tahapan, maka biaya untuk mengatasi / memperbaiki, menjadi lebih sulit dan lebih mahal. Bila setiap tahap dilakukan dengan benar, maka hasil akhirnya pasti benar pula.

Pelatihan: Coba anda uraikan proses kerja dari organisasi anda… coba tetapkan kwalitas apa yang harus di capai dari setiap tahapan. Nah untuk memastikan kwalitas itu benara tercapai atau tidak, bagaimana anda lakukan pencatatan dan analisanya?

Dapat dikatakan bahwa hasil akhir adalah akibat dari proses, jadi jangan membahas hasil akhir, tapi laksanakan dengan baik setiap tahapan. Dalam TQM tahapan atau Proses Tata Kelola, jauh lebih dipentingkan. Bila membahas mengenai hasil akhir yang kurang baik, teliti apa yang terjadi dalam setiap tahapan … kesalahan2 apa yang ditemui dan tahapan apa yang menjadi penyebabnya.

2.4.             Do not award base on PRICE TAG Only. Jangan menilai sesuatu hal dari Harganya saja.
Dalam banyak hal organisasi membuat keputusan karena murah harganya, tanpa mempertimbangkan hal-hal lain yang terkait dengan pilihan tersebut. Seringkali yang murah, mempunyai kekurangan lain dan menyebabkan kerugian karena terjadi hal yang tak diinginkan, dan resiko2 lainnya. Upah yang rendah, belum tentu baik hasilnya, bisa menyebabkan banyak kerugian atau variasi tak terkendali atau dengan perkataan lain TQM gagal karena kwalitas akhirnya buruk tak menentu. Nilai atau harga merupakan pertimbangan terakhir, setelah semua pertimbangan2 lainnya di uraikan dan dipilih, karena lebih baik.

2.5.             Continues Improvement, in all Processes, Product and Services. Disini ditekankan kembali tentang Kaizen atau Continuous Improvement.
Hal ini harus dilaksanakan oleh semua anggota dalam organisasi kita, terutama dalam hal-hal yang terkait dalam proses yang dilakukan oleh masing-2 individu.
Ingat kata-kata di TQM: “the next process is your customer”. Artinya saat seseorang mengerjakan sesuatu, oang harus memperhatikan dan berusaha agar hasilnya sebaik mungkin, sesuai yang dibutuhkan oleh proses selanjutnya. Proses selanjutnya akan menjadi lebih baik, lebih cepat bila hasil dari proses sebelumnya juga baik.
Sebaliknya, kalau kerja yang dilakukan seseorang, buruk kwalitasnya, maka tahap berikut akan menjumpai kesulitan, menderita kerugian. Oleh karenanya disetiap tahapan harus terus menerus dilakukan perbaikan, sehingga tahapan berikutnya menjadi lebih mudah dan kwalitasnya akan menjadi lebih baik pula. Sering terjadi satu tahapan dalam proses yang tidak diperbaiki, menyebabkan kegagalan dari seluruh organisasi.  
Keadaan yang buruk dalam sebuah organisasi, lebih disebabkan karena proses yang buruk dari pada karena kesalahan orangnya.
Menurut Deming orang menjadi bagian dari system, sehingga system harus lebih dominant dari pada orangnya. Bila sebuah tahapan, perlu diganti orang yang baru. Dalam waktu sesingkat mungkin, orang yang menggantikan harus sudah dapat bekerja penuh seperti yang digantikannya. Dalam TQM hal ini dicapai dengan menyusun “manual mutu” dimana diuraikan uraian tata kelola dan instruksi kerja berdasarkan konsep ISO (international Standard Organization). Organisasi yang sudah mempunyai manual mutu, dapat meminta sertifikasi dari ISO. Perusahaan yang mempunyai lisensi dari ISO, akan menerbitkan sertifikat setelah melakukan assessment. 

2.6.             Train and retrain in the job, berikan pelatihan dan bilamana dianggap perlu harus dilatih kembali. Karena orang mempunyai tendensi lupa, atau harus melakukan dengan tata cara yang baru dan lebih baik.
Orang yang salah mengerjakan sesuatu, perlu di perhatikan apakah yang bersangkutan sudah pernah diberi pelatihan? Kalau belum, maka bukan salah orang tersebut. Kalau sudah pernah, mungkin dia lupa, harus dilatih kembali. Kalau sudah dilakukan beberapa kali masih salah, orang tersebut tetap tidak salah. Yang salah adalah proses dan system yang menyebabkan orang tersebut diberi pekerjaan yang dia pasti tidak bisa lakukan dengan baik.
Organisasi harus menetapkan program pelatihan bagi karyawan atau anggota dari organisasi tersebut. Penugasan hanya diberikan kepada mereka yang berkompetensi. Kalau belum kompeten harus dilatih terlebih dahulu. Kompeten artinya, mempunyai knowledge (dari bangku sekolah) dan skill (dari pelatihan) dan experience atau pengalaman kerja. Indonesia seperti halnya banyak negara yang lain, menetapkan “Sertifikasi Kompetensi” berdasarkan SKKNI (standar Kompetensi Kerja Indonesia) dari berbagai bidang pekerjaan.
Organisasi harus menyusun daftar pelatihan dari setiap jabatan yang ada dalam struktur organisasi. Kemudian pejabat dibidang Sumber Daya Manusia, harus mendapat daftar pelatihan dan bahannya dari semua supervisor di semua bidang. Semua anggota organisasi, harus melalui pelatihan2 agar dapat diminta untuk melakukan tugasnya dengan benar dan sebaik mungkin. 

2.7.             LEADERSHIP. Semua orang harus diajarkan tentang Leadership. Ada banyak pelatihan, diskusi dan pembahasan apa itu Leadership. Leadership disini lebih untuk menetapkan atau melatih tata kerja dan sikap seorang dalam sebuah organisasi.
Semua orang mempunyai sifat Leadership dalam dirinya. Tapi harus dilatih agar Leadership yang baik ini dapat menjadi sikap dan sifat dalam pekerjaannya.
Ini termasuk tapi tidak terbatas pada:
1) Mengerti tentang sikap leadership    2) Punya inisiatif dan rasa tanggung jawab atas apa yang dilakukannya. 3) Dapat menyampaikan apa yang diharapkannya dari orang lain dan juga bersedia memenuhi harapan orang lain. 4) Dapat membuat perencanaan dan melaksanakan hal-hal yang sudah ditetapkan oleh dirinya sendiri maupun dari organisasi. 5) Dapat berkomunikasi dengan baik dan mengerti tata cara menghadapai konflik maupun perbedaan pendapat dengan orang lain.

2.8.             Drive Out Fear, dalam sebuah organisasi, seseorang harus bekerja tanpa rasa takut.
Ini sangat penting agar seseorang dapat bekerja secara optimal. Mempunyai motivasi positif dari dalam dirinya sendiri atau intrinsic motivation. Tanpa takut, dapat berpikir kreatif dan mencapai hasil yang lebih baik serta mengusulkan cara ntuk memperbaiki secara terus menerus. System dan perhitungan pengupahan tidak boleh membuat orang takut. Penjelasan sebab dan akibat dari segala hal yang terkait dengan pekerjaannya, akan membuat seseorang semakin mantab dalam kerjanya, tanpa rasa takut. Perlu ada tenggang rasa, saling menghormati, tapi bukan karena ketakutan. Visi, Misi dan Tugas, yang jelas dan pasti, dibantu oleh proses kerja yang jelas sesuai manual mutu, seseorang akan melaksanakan pekerjaannya dengan sesempurna mungkin. Kerja dalam sebuah TEAM dengan tata cara yang benar, juga akan membantu menghilangkan ketakutan seseorang dalam pekerjaannya. Team dapat terbentuk dari dua atau lebih orang. Ada kalanya orang harus diberi penjelasan terlebih dahulu apa artinya dan bagaimana caranya bekerja dalam sebuah TEAM.
Cara menyusun manual mutu dalam TQM dikenal dengan “Write what you do, do what you write”.  Motivasi kerja terjadi dari dalam dirinya sendiri atau intrinsic motivation 
   
2.9.             Break down barriers and Boundaries. Organisasi yang baik dan berstruktur flat organization, memberi kesempatan kerja yang luas.
Orang dapat meminta pindah tugas. Ini mudah dilakukan karena adanya manual mutu dan adanya program pelatihan kerja. Komunikasi akan terjalin dengan baik bila tidak ada batas-batas seperti dalam management yang menerapkan system pilar-pilar.

2.10.          Eliminate SLOGAN, Hilangkan semua Slogan-slogan.
Semua tujuan yang ingin dicapai, yang sering di sebut dalam sebuah Slogan, harus jelas bagaimana cara mencapainya. Tujuan yang ingin dicapai, harus dijelaskan dan disusun secara SMART.
SMART disini dalam TQM adalah: Specific – Measureable – Assignable – Reasonable – Time Based. (Specific = tertentu; Measureable = terukur; Assignable = siapa melaksanakan apa; Reasonable = bisa dilaksanakan; Time Based = waktu pelaksanaan dan batas waktu untuk dicapai). Dalam TQM dikenal “Balance Scorecard” atau cara untuk menyusun perencanaan bagaimana sebuah tujuan perusahaan dapat dicapai. Dalam BSC ini, setiap orang dalam organisasi akan mempunyai tugas dan hasil yang harus dicapai. Ini yang disebut Sore Card. BSC tentu memerlukan pelatihan tersendiri, sebelum organisasi dapat menerapkannya.  Ada sedikit perbedaan cara merencanakan, cara berpikir dan cara penerapan bagi organisasi bersifat commercial dan bersifat social.

2.11.          Eliminate Numerical Quota, Hilangkan target dalam angka-angka. Orang yang diberi numerical quota ada kalanya begitu intens dan stress dalam bekerja sehingga menghalalkan segala cara untuk mencapai hasil yang ditugaskan kepadanya. Misalnya murid, yang ketakutan (perhatikan point no 8) akan menyontek untuk mencapai angka kelulusan.
Mengenai hasil kerja memang harus dibuatkan perencanaan yang SMART, tapi proses untuk mencapainya, selangkah demi selangkah setahap demi setahap menjadi jauh lebih penting dan perlu di tetapkan terlebih dahulu.
Motivasi intrinsic dan penghargaan atas hasil kerja seseorang (lensa ke 4 Physchology), akan membantu upaya seseorang untuk mencapai hasil kerja yang menggembirakan. Bukan dengan menetapkan hukuman-hukuman, bila hasil yang harus dicapai tidak tercapai. Tapi dengan menjelaskan akibat bila tidak tercapai. Denagn pengertian ini, seseorang akan menunjukan semangat dan upaya yang kuat. Kita pernah mendengar kata-kata :”tak perduli bagaimana cara mencapainya, bila perlu kepala buat kaki dan kaki buat kepala”… jelas cara seperti ini harus kita hilangkan.
Dalam TQM juga dibahas tentnag theory Pareto atau kaidah 20% – 80%, ini dapat menghilangkan Numerical Quota. Maka secara alamiah hasil kerja akan menunjukan hasil berdasarkan diagram “Bell Curve”.
80% yang kita anggap normal, sedang diatas ada 10% yang istimewa baik dan 10% yang sangat buruk.



 >>>>>>>> diagram bell curve <<<<<<<

Ada kalanya kaidah Pareto juga dipakai untuk analisa hasil sebuah usaha tertentu, misalnya 20% dari waktu yang dipergunakan akan menyelesaikan 80% dari pekerjaan, tapi untuk menyelesaikan yang 20% lagi, butuh waktu 80%. Percaya? Ini misalnya mencuci sebuah motor atau mobil…
 
2.12.          Pride of workmanship and Eliminate annual rating or merit system dengan perkataan lain, semua dalam organisasi harus mempunyai rasa bangga atas hasil kerjanya. Kita berikan kesempatan agar orang merasa bangga atau lebih dapat dikatakan bahagia, karena tahu dirinya atau team yang bekerja bersama sama dalam organisasi, mencapai hasil yang memuaskan. Keberhasilan harus dihargai, dan harus dicatat dan di ulang terus menerus.
Menghargai pekerjaan seseorang dan tidak menyinggung mereka yang menjumpai kegagalan, akan membantu semangat dan Intrinsic Motivation untuk maju dan menghasilkan yang terbaik. Dijaga dengan continuous improvement, train and retrain, pasti akan semakin baik hasilnya dan semakin patut bangga atas hasil yang dicapai. Kalau sebab keberhasilan kita catat dalam daftar “key success factors” dan penyebab kegagalan kita catat dalam daftar “Reason for failure”, hal ini juga akan menyebabkan kurangnya kegagalan.

2.13.          Institute a Vigorous Program of Education and Self Improvement.  Dalam organisasi selalu harus di sediakan kesempatan untuk pendidikan dan perbaikan diri terus menerus. Dalam organisasi perlu disusun, perencanaan pelatihan dan pendidikan, berdasarkan jabatan dengan materi2 yang lengkap. Agar anggota dalam organisasi tersebut, mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan, untuk melaksanakan tugasnya dengan baik. Dibanyak organisasi besar, ini ada kalanya disebut.   

2.14.          Everybody in the Organization to work and understand as well as implement the 4 lenses and above 14 points.  Seluruh anggota dalam organisasi, harus mengerti tentang 4 lensa dari Deming ini, serta menerapkan semua yang diuraikan dari 14 points of Deming ini. Biasanya konsaep TQM dan theory serta Philosophy dari Deming ini, harus di prakarsai oleh pucuk pimpinan tertinggi dalam organisasi. Dan di dukung penuh oleh seluruh anggota dalam organisasi. Semua orang dalam organisasi harus ikut dalam penerapannya. Tidak ada satupun dari butir2 ini boleh diabaikan, semua harus dilakukan. Adakalanya organisasi menjumpai kesulitan, untuk pertama kalinya akan bertransformasi dari cara kerja yang lama, mau masuk ke TQM dan menerapkan 4+1 lenses dan the 14+1 points of Deming ini.  

2.15.          Be grateful  atau Bersyukurlah. Dalam melaksanakan pekerjaan dalam sebuah Organisasi. Semua orang harus selal;u melaksanakan tugas sebaik-baiknya, dibantu oleh konsep 4+1 dan 14+1 yang kami uraian diatas. Hampir dapat dipastikan, organisasi akan mencapai hasil yang sangat memuaskan. Sehingga nomor 15 dari 14+1, adalah Sikap BERSYUKUR Kepada Tuhan Yang Maha Esa.  



Demikian di bagian ini adalah saduran, untuk menguraikan konsep (4+1) LENSES  dan (14+1) POINTS OF WILLIAM EDWARD DEMING, yang bila diterapkan dan dilengkapi dengan berbagai tata cara kelola sebuah Organisai, dapat dipastikan akan memperbaiki kwalitas dan hasil pencapaian tujuan sebuah Organisasi. Dan bagi organisasi yang sudah baik akan menjadi semakin baik.

Hidayat Tjokrodjojo
Jakarta, September 2016.